Impor Beras ke Indonesia Capai Rekor 500 Ribu Ton, Bulog Siap Jaga Pasokan dan Harga Stabil
Kuota impor tahun ini di Indonesia menargetkan kedatangan 500 ribu ton beras sebelum masa panen
Podnografi' Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) Indonesia melaporkan pencapaian rekor baru dalam impor beras, dengan jumlah mencapai 500 ribu ton pada bulan Februari tahun ini. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengonfirmasi bahwa impor tersebut merupakan bagian dari alokasi tahun sebelumnya, sementara untuk tahun ini, pemerintah telah menetapkan kuota impor sebesar 2 juta ton dengan tambahan 1,6 juta ton.
Menyikapi hal ini, Arief Prasetyo Adi menyatakan komitmennya untuk memastikan kesiapan Bulog, badan logistik pangan pemerintah, dalam menghadapi kebutuhan beras yang terus meningkat. "Kita hanya memastikan bahwa teman-teman Bulog sudah siap daripada nanti belum ada kuotanya dan kemudian nanti rapat-rapat lagi kelamaan. Ini sudah disiapkan. Pak presiden dan kementerian semua maunya cepat," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bulog, Febby Novita, memberikan rincian bahwa dari kuota impor tahun ini, sekitar 500 ribu ton beras ditargetkan tiba pada bulan Maret sebelum masa panen raya. "Beras impor ini berasal dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan," tambahnya.
Namun, Febby Novita menekankan bahwa impor beras tidak akan secara langsung memenuhi semua kebutuhan. Bulog tetap memperhatikan ketersediaan beras dalam negeri sebelum menentukan langkah selanjutnya. "Jadi enggak ujug-ujug 3,6 juta ton dimasukkan semua. Kita juga tetap menyerap (produksi dalam negeri)," katanya.
Untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga beras, Bulog mengadopsi dua skema penyerapan beras dalam negeri, yaitu public service obligation (PSO) dan skema komersial. Dalam skema PSO, Bulog akan membeli beras dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Namun, jika harga pasar melebihi HPP, Bulog akan membeli beras secara komersial.
"Beras yang diserap melalui skema PSO digunakan untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), sementara beras komersial dikemas dengan merek-merek tertentu dan dijual di ritel modern," jelas Febby Novita.
Dengan upaya yang terkoordinasi antara pemerintah dan Bulog, diharapkan pasokan beras tetap terjaga dan harga stabil di pasaran. Langkah-langkah ini juga diharapkan mampu menjaga keamanan pangan serta kesejahteraan masyarakat Indonesia.
What's Your Reaction?