Jokowi Bawa Oleh-oleh Kesepakatan Bisnis Rp400 T dari Pertemuan dengan Biden di AS
Pertemuan bilateral di Gedung Putih membahas langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan hubungan ekonomi dan diplomasi antara kedua negara
Podnografi' Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakhiri kunjungan resminya ke Amerika Serikat dengan membawa pulang "oleh-oleh" berupa kesepakatan bisnis senilai Rp400 triliun hasil pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden. Kunjungan ini dianggap sukses karena menjalin Comprehensive Strategic Partnership (CSP) antara Indonesia dan AS serta membuka peluang bisnis yang besar.
Dalam pertemuan bilateral di Gedung Putih pada Senin (13/11), Jokowi dan Biden sepakat untuk meningkatkan status hubungan bilateral dari strategic partnership menjadi Comprehensive Strategic Partnership (CSP). CSP ini diyakini akan menjadi dasar yang kuat untuk memperkuat kerja sama kedua negara, terutama di sektor ekonomi.
Salah satu poin penting dalam kesepakatan bisnis tersebut adalah investasi senilai US$25,85 miliar atau sekitar Rp400 triliun. Investasi ini melibatkan proyek pembangunan carbon capture storage (CCS) dan kilang petrokimia, pengolahan nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV), serta pembangunan modul dan panel surya. Kesepakatan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Selain itu, Jokowi dan Biden juga mencapai kesepakatan terkait sumber daya mineral kritis, dengan rencana pembentukan Critical Mineral Agreement (CMA). Dengan adanya CMA, Indonesia diharapkan dapat menjadi pemasok bahan baku baterai kendaraan listrik untuk Amerika Serikat. Ini dianggap sebagai langkah strategis yang akan memberikan manfaat berkelanjutan bagi kedua negara.
Pertemuan tersebut juga membahas Just Energy Transition Partnership (JETP) yang diusulkan oleh Presiden Jokowi. JETP diharapkan dapat mendukung upaya percepatan transisi energi di Indonesia, termasuk program early retirement atau pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan pengembangan infrastruktur kelistrikan.
Dalam konteks ini, Indonesia juga secara resmi terpilih sebagai salah satu mitra dalam International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund milik AS. Keanggotaan ini diharapkan dapat membuka peluang kerja sama lebih lanjut dalam pengembangan rantai pasok semikonduktor, menjadi hal strategis di tengah ketidakpastian pasokan global.
Kunjungan Jokowi ke AS tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, melainkan juga mencakup pentingnya perpanjangan generalized system of preferences (GSP) yang memberikan keringanan tarif bea masuk oleh AS untuk barang impor dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Kesepakatan ini diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebagai bagian dari upaya diversifikasi hubungan ekonomi Indonesia, Presiden Jokowi menyuarakan keinginan agar Amerika Serikat memberikan dukungan terhadap aplikasi Indonesia untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Langkah ini dianggap sebagai langkah strategis menuju pemantapan posisi Indonesia di forum ekonomi internasional.
Dengan demikian, kunjungan Presiden Jokowi ke AS dianggap sukses membuka peluang kerja sama yang besar dan memberikan dampak positif bagi berbagai sektor di Indonesia. Kesepakatan bisnis senilai Rp400 triliun menjadi salah satu bukti konkrit dari upaya diplomasi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia di tingkat internasional.
What's Your Reaction?