Metronusantaranews.com, Kolaka Timur – Dalam rangka menekan angka stunting, pemda kolaka timur Sulawesi tenggara menggelar kegiatan Orientasi Pemanfaatan Elsimil dan Google Form pada Proses Identifikasi Kasus Stunting, kamis (4/8/2022)
Pelaksanaan kegiatan Orientasi Pemanfaatan Elsimil dan Google Form dalam proses identifikasi kasus stunting di wilayah kolaka timur yang digelar di Aula Gracia di buka langsung oleh Ir. H. Sulwan Aboenawas,M.Si
Sulwan Aboenawas melalui sambutanya, ia menyampaikan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Persoalan stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak. Olehnya itu, diperlukan strategi serta program lintas sector yang dapat dilaksanakan secara terencana di segala bidang.
Angka prevalensi stunting di daerah berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencapai 30,02 persen, angka stunting di Sultra masih berada di atas rata-rata nasional, karena angka kasus stunting nasional hanya mencapai 24,4 persen berdasarkan SSGI 2021.
Berdasarkan data 17 kabupaten/kota di Sulawesi tenggara menunjukan kabupaten buton selatan yang tertinggi dengan persentase sebanyak 45,2 persen, sedangkan kabupaten yang terendah adalah Kolaka Timur hanya mencapai 23,0 %, namun kata pria yang biasa di sapa Sulwan mengatakan bahwa boleh berbangga, tetapi masih harus bekerja keras untuk mencapai angka 14% pada tahun 2024.
“pelaksanaan percepatan pencegahan stunting terintegrasi, diperlukan sreening serta identifikasi sedini mungkin sehingga percepatan penurunan stunting dapat dilaksanakan dengan baik” ujarnya
Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), dibutuhkan terbentuknya tim yang bertanggungjawab dalam melaksanakan konvergensi program intervensi sensitive dan intervensi spesifik mulai dari, kabupaten, sampai di tingkat paling rendah, yaitu kecamatan dan desa. Sambungnya
“Pendampingan ini sangat penting untuk memastikan kondisi risiko stunting teridentifikasi, difahami, ditindaklanjuti dengan treatment dan upaya-upaya kesehatan dan peningkatan status gizi, sehingga risiko yang terdeksi dapat ditekan bahkan dihilangkan” ungkapnya
Kata Sulwan, dalam melakukan pendampingan ini pula TPK dibekali aplikasi elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) dengan tujuan memudahkan TPK mengetahui faktor risiko pada orang yang didampinginya, serta memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan.
Menurutnya, Meskipun aplikasi ini masih dalam proses penyempurnaan, tapi saya berharap agar pendampingan kepada calon pengantin sudah dapat dilakukan secara elektronik, namun untuk sementara TPK dapat menggunakan Google Form dalam melakukan pendampingan bagi ibu hamil dan pasca persalinan
Mantan kepala badan PMD Konawe ini juga mengatakan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang telah terbentuk baik tingkat kabupaten, kecamatan serta tingkat desa dan kelurahan, diharapkan dapat terlibat aktif dalam kegiatan untuk menurunkan stunting, baik yang berhubungan dengan intervensi spesifik maupun sensitif.
Sebagai bentuk dukungan pemda koltim dalam percepatan penurunan stunting, serta untuk mendukung kerja tim yang telah dibangun dalam percepatan penurunan stunting, akan ada penambahan anggaran untuk setiap instansi yang terlibat, dengan ini kita semua berharap agar kasus stunting khususnya di Kabupaten Kolaka Timur dapat mencapai target
“Saya berharap, Intervensi tersebut dapat dilakukan ditingkat desa dan kelurahan di kabupaten kolaka Timur” pungkasnya.
Diakhir sambutannya, Pj Bupati Kolaka Timur sebut sebanyak 90% anak balita yang kekurangan gizi harus mendapatkan gizi dan imunisasi dasar serta remaja putri bisa mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 58%, ibu mengonsumsi TTD minimal 90 tablet harus merata 80%, dan 90% ibu hamil KEK mendapatkan asupan gizi.
“Tablet tambah darah menjadi penting karena salasatu penyebab stunting adalah anemia yang dimulai pada remaja putri di usia produktif,” tutupnya
Diketahui, Indikator pencapaian penurunan stunting pada hingga 2024 meliputi sembilan (9) target invensi spesifik. Target pertama, yakni 80% bayi dengan umur kurang dari enam (6) bulan mendapatkan ASI eksklusif di 2024, kedua, sebanyak 80% anak usia 6-23 bulan mendapatkan MP-ASI, kemudian 90% anak balita gizi buruk mendapatkan pelayanan tata laksana gizi buruk, anak balita dipantau pertumbuhan dan perkembangan targetnya hingga 80% di 2024.
Laporan : Helni Setyawan