Gencatan Senjata Gaza: Kesepakatan Kontroversial Israel dan Hamas untuk Empat Hari, Namun Agresi Tetap Berlanjut
Gencatan senjata disetujui oleh mayoritas kabinet Israel setelah kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas
Podnografi' Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan gencatan senjata kontroversial selama empat hari dengan kelompok militan Palestina, Hamas, setelah voting yang berlangsung pada Selasa (21/11) malam hingga Rabu (22/11) dini hari. Kesepakatan ini mencakup pertukaran sandera dan pembebasan sekitar 50 dari 200 tawanan Hamas, tetapi Netanyahu memperingatkan bahwa agresi Israel di Jalur Gaza akan tetap berlanjut hingga tujuan negaranya tercapai.
Agresi ini berawal dari serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang memicu serangkaian tindakan keras dari Israel. Meskipun gencatan senjata diumumkan, Netanyahu menegaskan bahwa Israel masih dalam keadaan perang dan akan terus berperang untuk menghancurkan Hamas serta memastikan keamanan Israel. Detail kesepakatan antara Israel dan Hamas masih belum jelas.
Para menteri Israel, meskipun sebelumnya ada yang menentang gencatan senjata, secara mayoritas mendukung keputusan ini. Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. Namun, banyak yang menyebut kesepakatan ini kontroversial, karena agresi Israel yang meningkat, terutama menargetkan fasilitas sipil seperti sekolah dan rumah sakit di Gaza.
Sejak dimulainya agresi, Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat lebih dari 14.000 korban tewas dan lebih dari 33.000 orang terluka. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. Masyarakat internasional mengawasi dengan cemas perkembangan situasi di Timur Tengah, sementara dunia menuntut perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
What's Your Reaction?