Tragedi Kepunahan: Ikan Pari Jawa Menjadi Korban Pertama Ulah Manusia
Ikan Pari Jawa, seukuran piring makan, pertama kali didokumentasikan dari pasar ikan Jakarta pada 1862, dan sejak itu tidak ada yang ditemukan
Podnografi' Jakarta - Ikan Pari Jawa atau Java Stingaree (Urolophus javanicus) telah resmi menjadi ikan laut pertama yang dinyatakan punah akibat tindakan manusia. Kabar sedih ini terungkap dalam pembaruan terbaru Daftar Merah Spesies Terancam Punah yang dirilis oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) bersamaan dengan laporan dampak perubahan iklim terhadap ikan air tawar pada KTT iklim COP28.
Penilaian terhadap keberlangsungan ikan Pari Jawa dilakukan oleh ahli biologi konservasi Julia Constance dari Charles Darwin University. Ikan pari unik ini, seukuran piring makan, pertama kali diketahui dari satu spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1862 di pasar ikan Jakarta. Meskipun telah dilakukan pemantauan dan survei yang intensif, tidak satupun spesies ini ditemukan sejak saat itu.
Charles Darwin University mencatat bahwa penangkapan ikan secara intensif dan tanpa pengaturan yang memadai kemungkinan besar menjadi ancaman utama yang mengakibatkan penurunan populasi ikan pari Jawa. Hasil tangkapan ikan pesisir di Laut Jawa sudah menurun pada tahun 1870-an, dan hilangnya habitat di Pesisir Utara Jawa, khususnya Teluk Jakarta, telah menyebabkan kepunahan spesies ini.
Daftar Merah IUCN mengidentifikasi lebih dari 120 ikan laut yang terancam punah, termasuk ikan skate Maugean di Tasmania yang terpengaruh langsung oleh polusi, termasuk limbah dari peternakan industri salmon Atlantik.
Data dari IUCN juga menunjukkan bahwa seperempat spesies ikan air tawar berada dalam risiko kepunahan, dengan 20 persennya terkena dampak langsung perubahan iklim. Ikan air tawar, yang menyumbang lebih dari separuh spesies ikan yang dikenal di dunia, menjadi krusial bagi keberlanjutan ekosistem air tawar dan jutaan orang yang bergantung pada perikanan.
Kematian massal ikan di seluruh dunia meningkat, baik karena faktor alam maupun ulah manusia seperti pengambilan air yang berlebihan dan polutan. Ilmuwan memperingatkan bahwa perlu tindakan restorasi alam skala besar untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Claire Baffert, Senior Water Policy Officer di Kantor Kebijakan Eropa WWF, menekankan pentingnya pengambil keputusan segera melakukan tindakan nyata untuk mendukung restorasi alam.
What's Your Reaction?