Integritas Sistem Hukum Ditekankan dalam Kasus Jessica-Mirna

PODNOGRAFI' Jakarta - Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unbraw), Aan Eko Widiarto, mengajukan perspektif hukum yang tajam terkait film dokumenter 'Ice Cold' yang kontroversial. Dalam wawancara eksklusif, ia mengungkapkan bahwa film tersebut tidak memiliki landasan hukum yang cukup untuk membuka kembali kasus pembunuhan berencana yang melibatkan Jessica Kumala Wongso dan Wayan Mirna Salihin.

Menurut Aan, dalam konteks hukum, bukti baru (novum) harus memiliki karakteristik kebaruan informasi yang bisa menggugurkan putusan hukum yang sudah ada. Dia menekankan bahwa dokumenter film, walaupun kontroversial, tidak membawa fakta baru yang dapat mengubah perspektif hukum. Proses hukum yang melibatkan Jessica telah melewati tahap-tahap pemeriksaan yang ketat, yang telah disaksikan oleh publik.

Aan juga mengomentari pernyataan kontroversial Edi Darmawan, ayah dari Mirna, tentang botol kopi berisi sianida. Dia mengatakan bahwa pihak kepolisian harus memberikan tanggapan resmi terkait klaim tersebut, untuk menghindari penyebaran asumsi dan spekulasi yang semakin meluas di masyarakat.

Dalam konteks hukum acara pidana, Aan menjelaskan bahwa novum adalah keadaan baru yang dapat menjadi dasar pengajuan peninjauan kembali. Namun, tanpa adanya informasi substantif yang mengindikasikan ketidakadilan dalam putusan sebelumnya, kasus ini sulit untuk dibuka kembali. Dia menegaskan bahwa penyelidikan hanya dapat dilakukan jika terdapat fakta atau bukti baru yang mendasar, bukan berdasarkan konten media, termasuk film dokumenter.

Aan mengakhiri pernyataannya dengan menekankan pentingnya menjaga integritas sistem peradilan. Dia menyoroti perlunya penanganan kasus ini secara adil, tanpa terpengaruh oleh tekanan opini publik atau konten media, untuk memastikan keadilan sejati bagi semua pihak yang terlibat dalam kasus tragis ini.