Sudah Menikah Lagi, Suami Mirna Bicara Terbuka setelah Kontroversi Film Dokumenter Kopi Sianida

Podnografi' Jakarta - Setelah tujuh tahun berlalu sejak tragedi kopi sianida yang merenggut nyawa Mirna Salihin, suaminya, Arief Soemarko, akhirnya membuka lembaran baru dalam hidupnya dengan menikah lagi. Kabar ini terungkap melalui wawancara eksklusif dengan Steve, sahabat dekat Mirna, yang membagikan insight mengenai kehidupan pribadi Arief setelah kepergian Mirna.

Dalam wawancara dengan Cumicumi, Steve mengungkapkan bahwa Arief Soemarko kini telah menemukan kebahagiaan kembali. "Terakhir yang aku tau sih, suaminya udah menikah lagi. Udah move on lah. Jadi it's good for him (itu bagus untuk dia)," ujar Steve, menunjukkan bahwa Arief Soemarko berhasil melewati masa sulitnya dan menemukan kedamaian dalam hidup barunya.

Namun, film dokumenter "Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso" yang dirilis di Netflix pada akhir September lalu membawa sorotan kembali ke kasus tragis ini. Meskipun tidak muncul dalam film tersebut, keberadaan Arief Soemarko dalam kehidupan Mirna dan peristiwa-peristiwa terkait kasus kopi sianida membuatnya terpapar kembali oleh sorotan publik.

Steve, sebagai orang terdekat Mirna dan Arief Soemarko, mengungkapkan bahwa pembicaraan kembali tentang kasus tersebut telah mengganggu kedamaian mereka. "Ini kayak membuka luka lama. Ada pihak yang kayaknya mau memanfaatkan kesempatan ini demi sebuah konten," ujar Steve, merujuk pada kontroversi yang dihasilkan oleh film dokumenter tersebut.

Namun, di tengah kontroversi, beberapa warganet dan netizen menyuarakan dukungan mereka untuk membuka kembali kasus ini. Mereka percaya bahwa keadilan harus ditegakkan, dan film dokumenter tersebut membuka mata mereka terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 2016. "Bukan untuk popularity, menegakkan keadilan dan kebenarannya. Kami netizen berterima kasih pada Netflix telah membuka mata kita dalam kasus kopi sianida," tulis salah satu warganet di media sosial.

Meskipun kontroversial, kasus kopi sianida yang merenggut nyawa Mirna Salihin tetap menjadi perbincangan di masyarakat, menciptakan ruang untuk pembicaraan tentang keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan dalam konteks hukum di Indonesia.