Sosok Syafiq Basalamah yang Ditolak GP Ansor di Surabaya
Kasus penolakan ini bukan yang pertama bagi Syafiq Basalamah, yang sebelumnya juga mengalami penolakan serupa di Jawa Tengah
Podnografi' Jakarta - Masyarakat di Surabaya digegerkan oleh kontroversi penolakan terhadap pengajian yang diisi oleh ustaz terkenal, Syafiq Riza Basalamah, oleh Anggota Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) dan Banser NU. Keputusan tersebut mengundang perdebatan luas di tengah masyarakat yang memunculkan pertanyaan tentang alasan di balik penolakan tersebut.Ketua PAC GP Ansor Gunung Anyar, Asyiqun Nahdli, memberikan penjelasan bahwa penolakan tersebut dilakukan karena adanya indikasi bahwa Syafiq Basalamah memiliki pandangan yang radikal. Meskipun Syafiq Basalamah dikenal sebagai seorang ustaz yang sering menggelar kajian sunnah dan telah meraih gelar pendidikan tinggi di bidang keagamaan, namun pandangan dan pemikirannya menjadi sorotan tajam bagi sebagian pihak.
Syafiq Basalamah lahir di Jember, Jawa Timur, pada tahun 1977. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Pesantren Al Irsyad al Islamiyyah Bondowoso sebelum melanjutkan studi di LIPIA Jakarta dan Universitas Islam Madinah, tempat di mana ia meraih gelar sarjana, master, dan doktoralnya.
Kini, Syafiq Basalamah aktif sebagai dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i Jember. Selain itu, ia juga dikenal sebagai penulis buku-buku bernuansa dakwah yang seringkali menjadi bahan bacaan bagi masyarakat Muslim Indonesia.
Namun, penolakan terhadap Syafiq Basalamah bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, ia juga mengalami penolakan saat hendak menghadiri Tabligh Akbar di Masjid Jabalul Khoir, Simpang Lima Purwodadi, Jawa Tengah, pada Maret 2022. Bahkan, nama Syafiq Basalamah mencuat dalam flyer kajian online jelang Ramadan yang digelar oleh Badan Kerohanian Islam (Bakis) PT Pelni pada pertengahan 2021, namun kegiatan tersebut dibatalkan oleh PT Pelindo karena belum memenuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Kontroversi ini juga memicu pertanyaan tentang batasan antara kebebasan berbicara dan ekstremisme, serta peran yang dimainkan oleh organisasi keagamaan dalam mengontrol pandangan dan pemikiran yang disampaikan kepada masyarakat. Masyarakat pun dihadapkan pada tugas untuk melakukan pemahaman yang lebih dalam tentang berbagai pandangan keagamaan yang disampaikan oleh para penceramah agar dapat membedakan antara dakwah yang bersifat mendidik dan yang bersifat ekstremis.
Dengan perkembangan situasi ini, menjadi penting untuk melakukan diskusi terbuka dan berkelanjutan tentang pluralisme dalam keberagaman pandangan keagamaan yang ada di Indonesia. Sehingga, masyarakat dapat lebih cerdas dalam memilih pemahaman yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedamaian dan kerukunan.
What's Your Reaction?