Israel Alami Tantangan Ekonomi Serius dengan Anggaran Rp897 Triliun untuk Gempur Gaza
Gubernur Bank Sentral, Amir Yaron, menekankan perlunya pengendalian pengeluaran selama konflik dengan Hamas
Podnografi' Jakarta - Bank Sentral Israel telah mengumumkan perkiraan anggaran pertahanan yang mencapai US$58 miliar atau sekitar Rp897 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.470 per dolar AS) untuk mendukung operasi militer di Gaza. Gubernur Bank Sentral, Amir Yaron, mengingatkan bahwa besarnya biaya ini dapat menjadi beban berat bagi kas negara di masa mendatang jika tidak ditangani dengan cermat.
Anggaran yang signifikan ini, menurut Yaron, memerlukan penyesuaian serius dalam anggaran negara. Beliau menekankan perlunya pemangkasan belanja di pos-pos yang tidak terkait dengan agresi, atau alternatifnya, peningkatan pendapatan negara melalui kenaikan tarif pajak.
Gubernur Bank Sentral juga menyoroti kekhawatiran bahwa ketidakmampuan Israel untuk menangani anggaran pertahanan yang besar dapat berpotensi meningkatkan utang negara. Hal ini, dalam pandangan Yaron, dapat memicu peningkatan imbal hasil, depresiasi mata uang, dan bahkan inflasi, yang mungkin memerlukan penyesuaian suku bunga oleh bank sentral.
Yaron mengkritik langkah-langkah lamban pemerintah dalam menyesuaikan anggaran, dan mengajak untuk memutuskan prioritas belanja negara dengan bijaksana. Menurutnya, tindakan yang diambil sekarang akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan ekonomi Israel di masa depan.
Pada tanggal 2 Januari, bank sentral Israel mengumumkan penurunan suku bunga pinjaman jangka pendek untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, menjadi 4,50 persen. Meskipun hal ini dianggap sebagai langkah positif untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan perekonomian selama masa konflik dengan Hamas, Gubernur Yaron tetap menyerukan kepada parlemen untuk mengendalikan pengeluaran yang melonjak selama perang.
Meski Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memuji penurunan suku bunga tersebut, beliau tampak mengabaikan seruan Gubernur Yaron untuk disiplin anggaran. Kementerian Keuangan sendiri memperkirakan defisit anggaran pada tahun 2024 sekitar 6 persen dari pertumbuhan ekonomi (PDB).
Pertumbuhan ekonomi Israel diproyeksikan sebesar 2 persen pada 2023 dan 2024, serta 5 persen pada 2025. Namun, dengan tantangan ekonomi yang dihadapi akibat anggaran pertahanan yang besar, pemerintah Israel dihadapkan pada keputusan sulit dalam mengelola keuangan negara untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.
What's Your Reaction?